Satu
Dua hari lagi
adalah hari yang sangat-sangat aku tunggu. Yup! Dua hari lagi adalah ulang
tahunku yang berbarengan dengan mama tepat pada tanggal 14 February. Di mana
hari di rayakannya hari kasih sayang di seluruh dunia ini penuh dengan
kehangatan dari yang terkasih. Begitu pula denganku yang selalu berharap
merayakan hari yang tidak semua orang bisa dapatkan dengan orang yang teramat
sangat kusayangi di dunia ini. Orang yang selalu menjadi nomor satu di hatiku,
orang yang membuatku semangat, dan juga orang yang mampu membuat air mataku meleleh adalah seseorang yang telah berjuang menantang maut hanya agar aku
terlahir ke dunia ini. Dia ialah mamaku.
Hanya saja ada yang sangat ku tak suka dari mama.
Pertama, selalu sibuk dengan profesinya yang menyita banyak waktu sekaligus
perhatian mama dariku. Padahal aku telah mengorbankan beberapa kegiatanku ke
luar rumah hanya untuk menunggu hingga mama pulang. Satu jam, empat jam, hingga
tujuh jam lebih aku menunggu di ruang tamu yang dekat dengan pintu masuk. Namun
apa yang terjadi? Usahku gatot alias gagal total!
Kedua, pada saat hari yang sangat tepat untuk
memperbaiki hubungan aku dengan mama yang renggang karena kesibukkan mama.
Dengan semangat aku membuat kue pertama kalinya buatan tanganku sendiri untuk
merayakan hari ulang tahun kami yang bersamaan dan berharap mama mau meluangkan
waktunya walau hanya satu menit bersamaku. Dan tak lupa taman belakang rumah
aku dekorasi sedemikian rupa agar mama tak akan pernah melupakan hari spesial
ini. Namun apa yang terjadi? Aku menunggunya hingga lilin yang menghiasi kue
ulang tahun itu meleleh tak bersisa sama sekali. Dan aku menunggunya hingga aku
tertidur sampai pagi di taman sendirian. Memang sih, aku sengaja meminta tidak
ada satu orangpun mengganggu aku di taman hingga mama pulang.
Ketiga, mama selalu memberiku kado ulang tahun
berupa fasilitas-fasilitas mewah, uang, de el el yang sebenarnya bukan kado
impianku.
Dan keempat, dizaman yang canggih ini hp merupakan
alat komunikasi yang hampir seluruh umat manusia di bumi ini miliki. Memang,
terkadang mama menelepon aku. Tetapi hanya untuk mengatakan, “mama hari ini
lembur dan besok langsung ke luar negeri untuk urusan bisnis dengan klien.”
Hebat ‘kan?
Dan yang lebih hebat lagi, mama tidak memberikanku
kesempatan untuk ngomong dengannya walau hanya sebatas basa-basi. Ughh...
benar-benar nihil usahaku. Namun tidak ada kata menyerah bagi seorang Firas.
Aku masih punya banyak segudang ide di kepalaku agar mama mau melirik kepadaku
kembali. Terutama, mata periku yang dipercaya oleh orang-orang sangat ampuh
untuk merayu seseorang.
Dua
Jika mama ada di rumah aku selalu bangun pagi-pagi
sebelum mama bangun. Pagi ini tepat pukul 5 pagi aku sudah siap dengan seragam
abu-abu terpasang di tubuhku. Sambil menunggu mama bangun, aku sibuk menyiapkan
es jeruk dan roti selai coklat keju kesukaan kami berdua ketika sarapan pagi.
TOK TOK TOK TOK
Tidak ada yang menyahuti ketukkanku. Pelan-pelan ku
buka pintu kamar mama, lalu masuk ke dalam kamarnya yang dingin oleh AC.
Kulihat mama masih tertidur pulas dangan selimut menutupi seluruh tubuhnya kecuali
wajahnya yang sudah amat jarang ti ku lihat, ku sentuh, dan tak ku ciumi
pipinya lagi.
“Ma... bangun yuk!” ajakku. Ia menggeliat, lalu menyingkirkan
tanganku dari lengannya, kemudian kembali tidur. “Mama..., bangun yuk! Firas
sudah bikin es jeruk dan roti selai cokl...” belum aku menyelesaikan
kata-kataku, mama langsung bangun dari tidurnya dengan tampang kesal sambil
bertopang dagu, “Firas, mama masih capek dan masih ngantuk. Kalau kamu mau sarapan,
ya sarapan aja duluan. Gak usah repot-repot bangunin mama, ngerti?” katanya
dengan nada memohon kemudian mendesah panjang.
Aku menundukkan kepala karena ingin menangis
mendengar ucapan mama barusan. Tetapi, aku harus bisa, harus-harus bisa! “Ma,
Firas tahu mama capek dan masih ngantuk, tapi Firas gak mau melihat mama sakit
karena mama kurang memperhatikan kualitas kesehatan mama.” Balasku dengan
halus. Yep, bagus! Peran yang tepat untuk merayu.
“Masih ada waktu sebelum jam 7, kok. Jadi kamu gak
perlu khawatir mama telat makan.” Ujarnya dengan terkantuk-kantuk. Ouw shit!
Alasan apa lagi yang harus ku katakan agar mama mau turun dari kasur empukama,”
bujukku, aku menarik tangannya seperti anak kecil merengek meminta permen. Dan
tak lupa, jika caraku yang satu ini nggak berhasil juga, aku akan mengeluarkan
jurus mata periku! (waouw! Ada jurus baru ternyata).
“Hh...” mama mendesah, “Yang mama butuhkan sekarang
hanya tidur, tidur, tidur, dan TIDUR! Kamu dengar? Mama hanya ingin TIDUR!
Bukan mau es jeruk, roti selai coklat keju, olah raga, atau duduk di taman.
Mama gak punya waktu untuk itu. Belum lagi, nanti jam 10 mama harus berangkat
ke Paris...” aku langsung menyela ucapannya, “untuk meetting sama klien, ada
proyek baru, kemudian pulangnya minggu depan, begitu ‘kan?” selaku. Yeah, sudah
3 alasanku gagal membuatnya makan bersama denganku pagi ini. “Mama memang nggak
pernah punya waktu untuk merawat diri. Apalagi buat Firas, ya ‘kan?” akhirnya
cara ke 4 harus ku gunakan juga. Ya Allah, sukseskanlah rencana hambamu ini
dong! Aku sudah banyak melakukan eksperimen rayuan ampuh supaya mama ada di
sampingku. Tapi belum juga berhasil. Boro-boro pernah, satu kali aja belum
(perasaan sama aja deh kata ‘pernah’ sama ‘satu kali’. Aghh, tau ah, gelap).
“Firas, kamu ngomong apa sih?”
“Yeah, kalau begitu Firas berangkat dulu deh mam,”
aku langsung membalikkan tubuhku darinya. Bersiap keluar dari kamarnya. Satu...
dua... empat langkah, mama belum memanggilku atau berkata, “Firas, tunggu! Mama
minta maaf jika tadi mama menolak tawaranmu. Sekarang, ayo KITA sarapan,” oh..
oh.. hal itu gak sepersen pun dapat diharapkan. Atau mungkin juga, “Firas,
maafin mama ya, menolak saranmu?” sepertinya gak ada bedanya dengan yang tadi
deh?
“Firas,” panggil mama. Tanganku yang hampir memegang
gagang pintu terhenti. Wuaaaaah, mama memanggilku! Ya Allah, thank you
somai-somai eh, salah, thank you so much deng ha.. hi.. he.. hu.. ho.... Ya
Allah, sorry ya salah nyebut?
Hening.
Wei! Kok cuma manggil sih? Apa aku yang salah
pendengaran kali, ya? Kalau begitu... WUAAAA, hiks... hiks...
“Firas, memangnya jam segini kamu mau pergi ke
mana?” gubrak!! Pertanyaan macam apa pula itu? Memangnya nggak lihat apa, aku
pake baju apa?
“Mau pergi nyangkul sawah,” jawabku asal. Kemudian
cepat-cepat keluar, nggak memberikan kesempatan mama bertanya lagi. Biarkan
saja mama bingung dengan jawabanku, siapa suruh !
Aku pergi meninggalkan mama, tanpa memalingkan wajah sedikitpun ... Geram !
Add your comment