Mungkin ibu lebih kerap menelepon untuk menanyakan keadaan kita setiap hari... Tapi tahukah kita, sebenarnya ayahlah yang mengingatkan ibu untuk menelepon kita?
Semasa kecil, ibu lah yang lebih sering mendukung kita... Tapi tahukah kita bahwa sebalik ayah pulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah selalu menanyakan apa yang kita lakukan seharian
Saat kita sakit (demam), ayah sering membentak "sudah diberitahu! jangan minum yang manis/ dingin!". Tapi tahukah kamu bahwa ayah sangat risau.??
Ketika kita remaja, kita meminta izin untuk keluar malam. Ayah dengan tegas berkata "tidak boleh!", "jangan".. Sadarkah kita bahwa ayah hanya ingin menjaga kita? Karena bagi ayah, kita adalah sesuatu yang sangat berharga.
Saat kita sudah di percayai, ayah pun melonggarkan peraturannya. Maka kita telah melanggar kepercayaannya... Maka ayah lah yang setia menunggu kita di ruang tamu dengan rasa sangat risau..
Setelah kita dewasa, ayah telah mengantar kita ke sekolah untuk belajar...
Di saat kita memerlukan ini-itu, untuk keperluan kuliah kita, ayah hanya mengerutkan dahi tanpa menolak, beliau memenuhinya... Saat kamu berjaya... Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan bertepuk tangan untukmu.. Ayah akan tersenyum dengan bangga...
Sampai ketika jodoh kita telah datang dan meminta izin untuk mengambil kita dari ayah... Ayah sangat berhati-hati mengizinkan nya... Dan akhirnya... Saat ayah melihat kita duduk di atas pelaminan bersama pasangan nya... ayah pun tersenyum bahagia...
Apa kita tahu,bahwa ayah sempat pergi ke belakang dan menangis?
Ayah menangis karena ayah sangat bahagia... Dan dia pun berdoa "Ya Tuhan, tugasku telah selesai dengan baik... Bahagiakan lah putra putri kecilku yang manis bersama pasangannya"...
Setelah itu ayah hanya akan menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk... Dengan rambut yang memutih dan badan yang tak lagi kuat untuk menjaga kita..
***
Aku jadi benar-benar teringat akan ayahku yang bekerja setiap hari membanting tulang demi keluarga.
Dulu aku pernah mengeluh sama ayah, "yah, coba beli rumah di Semarang, terus Mama dan adik-adik pindah kesini. Jadi kakak gak perlu ngekos dan kesepian." kemudian ayah menjawab, "ayah sejak kuliah di Banda Aceh sudah ngekos, sampai setua ini pun masih ngekos, kak"
Kalian tahu apa yang terlintas dipikiranku saat mendengar itu ? sedih sekali rasanya. Sudah setua itu, ayah tetap hidup sendiri dan harus bolak-balik ke Pangkalan Bun untuk bertemu mama dan adik-adik, barulah jika ada panggilan rapat ke Jakarta, ayah bisa menjengukku di Semarang dan tinggal di kamar kosku yang sempit ini.
Ayahku yang sudah setua itu harus masak sendiri, mencuci sendiri, melewati malam-malamnya sendiri tanpa ada anak-anak dan isteri disampingnya. Bagaimana jika kalian para lelaki mengalami hal yang sama dengan ayah ?
Hal yang membuat ayah tegar adalah prestasi puteri-puterinya dan isterinya yang hebat !
Mama adalah ibu yang sangat sukses dan mungkin aku bisa menyebut mama "WONDERWOMAN"
Mama bisa menjadi ayah sekaligus ibu bagi kami, anak-anaknya.
Itulah yang selalu membuat ayah tetap tegar berdiri dan membanting tulang-tulangnya yang mulai merenta...
Aku memang banyak meminta hal yang aneh-aneh dan sering ngambek kalau tidak diberikan.
Namun, sejak ayah memberikanku benda-benda yang tidak pernah aku minta namun dikemudian hari benda-benda itu sangat berguna, barulah aku tersadar, ternyata Ayah lebih mengerti apa yang aku butuhkan di masa depan daripada mengabulkan rengekanku yang mungkin hanya bermanfaat dalam jangka pendek atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali.
contonya saja :
Kamera. Aku tidak pernah merengek-rengek minta dibelikan kamera, tetapi tiba-tiba saja ayah memberikanku sebuah kamera yang kemudian dapat aku gunakan untuk berkarya.
Sleepingbag. Aku tidak pernah memintanya, tetapi ayah memberikanku sleeping-bag hangat untuk sewaktu-waktu aku gunakan dalam keadaan terdesak terutama saat makrab atau jalan ke suatu daerah dan menginap di alam bebas. Dan masih banyak hal lain.
Lebih dari persoalan material, ayahku sanga enak untuk diajak bertuka pikiran. Ayah yang selalu memotivasiku untuk terus berkarya, belajar jadi lebih baik dan sabar, ayah juga yang mengajariku mencintai alam ini.
Ayah yang selalu YAKIN kalau anak sulungnya ini mampu membawa nama baik keluarga.
Ayah yang selalu membebaskan anak-anak gadisnya memilih jalan mereka sendiri, bahkan membuka jalan untuk puteri-puterinya.
Ayah cuma berharap ketiga puteri kebanggaannya menjadi apa yang mereka cita-citakan, bukan yang Ayah cita-citakan. Karena menurut ayah, apapun cita-cita puterinya juga merupakan cita-citanya.
Aku tahu, ayah selalu menangis saat sujud terakhir dalam shalat lail.
Betapa bodohnya aku jika tidak mendoakan ayah sebagaimana ayah mendoakanku.
Aku cuma berharap, Allah masih memberikan waktu untuk kita dapat berkumpul lagi di ruang keluarga melewati malam minggu dengan bercengkrama.
Saat salah satu dari kita ulang tahun, kita makan di resto bareng-bareng.
Aku berharap ayah masih diberi kekuatan untuk terus melangkah, berjalan kaki kemana pun seperti yang sering kita lakukan. Ayah suka berjalan kaki.
Entah mengapa, ada rasa tidak enak jika sedang menceritakan bagaimana bahagianya aku ketika sedang liburan di kota orang.
"Ayah, hari ini kakak senang sekali. Jalan-jalan kesana, kemari. Beli buku ini, itu"
Ayah merespon dengan sukacita, "Oh iya nak, baguslah. Semoga bermanfaat ya"
Sebenarnya apa yang ayah rasakan ?
Aku berjalan-jalan artinya aku menguras uang kiriman dari ayah lo ...
Ya Tuhan, betapa sulitnya ikhlas itu. Namun, cinta kasih ayah pada anaknya mengalahkan apapun. Mekipun ia setiap hari berpeluh mencari lembar demi lembar uang untuk dikirimkan pada anaknya dan dihabiskan begitu saja. Ia IKHLAS.
Sosok ayah yang tangguh, selalu menginspirasiku untuk PANTANG MUNDUR ! BERANI ! dan berupaya selalu JUJUR !
Sosok Ayah inspirasiku itu adalah seorang pria yang berasal dari salah satu desa di pucuk bukit di daerah Simbang, Kabupaten Batang yang mau keluar desa untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan memperjuangkan hidupnya. Kerasnya hidup yang menempanya menjadi sosok tangguh yang tidak mudah digoyahkan prinsipnya.
Aku yang sudah hidup enak, mengapa tidak memperjuangkan masa depanku sehingga mampu melebihi ayah ?! Bodoh dong aku kalau tidak bisa bertahan dalam kerasnya kehidupan saat ini.
Toh kalau dipikir-pikir, kehidupan masa lalu lebih keras daripada kehidupan sekarang yang semuanya dinilai serba mudah dengan adanya teknologi-teknologi canggih.
Suatu hari, ketika aku telah beranjak dewasa, aku akan berpikir untuk mencari pendamping yang seperti ayahku.
Dan ayahku, tidak akan merelakan anak gadis kesayangannya kepada pria yang salah.
Yang Sayang Ayah silahkan share :)
sumber : http://orangtua-kita.blogspot.com/
Add your comment