Sugeng Sonten nggih :)
Kembali lagi bersama saya si Aneuk Inong kelahiran Aceh domisili Kalimantan Tengah menuntut ilmu dan cari pengalaman di Jawa yang cinta Indonesia… #eeaaaa
Saya harap rencang-rencang sedoyo ndak bosan melihat kisah saya yang saya kemas dalam bahasa yang sangat kurang baik dan terkesan norak, yak an ?!
Tapi tidak masalah, toh saya juga baru belajar bagaimana seni menulis, bagaimana bercerita dan bagaimana membuat anda nyaman bersama saya. Saya mempunyai harapan yaitu saya harap anda menyukai cerita-cerita perjalanan saya. Meskipun anda tidak menyukainya,mohon jangan dihina ya, tetapi berikanlah masukan melalui kolom komentar maupun mengirimi saya email di kanjengizza@gmail.com
Kali ini saya ingin melanjutkan cerita saya tadi pagi. Namun, disini ada yang beda loh… Setting cerita kali ini berpindah ke daerah Secang dan Magelang.
Widiiihh… saya sudah banyak mendengar pertanyaan dan pernyataan teman-teman, kurang lebih seperti ini,“Izza kok koe jalan-jalan melulu sih !” “Koe ki keakehan duit po, kok jalan-jalan terus?” dan sebagainya yang kurang lebih seperti itu.Tahukah kalian, saya jalan-jalan dengan biaya seadanya dan seminimal mungkin.Saya di Jogja menginap di tempat bulek atau mbak saya, tetapi lebih sering menginap di kos sahabat saya yang kuliah di UNY, namanya Vivi Rosalia.Jalan-jalan di Jogja itu kalau tidak jalan kaki ya naik Trans Jogja dan nebeng teman. Alhamdulillah teman-teman di Jogja kalau tidak sibuk pasti mengajakku jalan-jalan ke tempat-tempat yang ingin kita tuju.Kalau makan juga burjo atau Kedai 24 sudah cukup bahkan bisa dibilang lebih dari cukup. Paling di jalan butuh minum, jadi uang keluar untuk biaya jajan begitu.
Jadi, jalan-jalannya bisa low-cost kan guys ?!
Baiklah, perjalan saya kemarin dimulai pukul Sembilan kurang dengan garis besar agenda sebagai berikut ;
Pukul Sembilan kurang saya sudah berpamitan dengan Mbak Dita dan bergegas keluar dari kos Vivi karena sudah ditunggu Bang Io (Mario).
Setelah itu saya dan Bang Io berangkat ke Mirota untuk mencari dupa aromatic yang saya inginkan, namun ternyata sulit menemukan yang saya inginkan, jadi saya hanya membeli lilin apung aromatik.
Sekedar intermezzo, lilin atau dupa aromatic dapat membantu kita menenangkan atau membuat relax pikiran kita. Meditasi atau menenangkan diri bisa dilakukan saat malam hari setelah sholat Isya atau subuh sebelum sholat Subuh. Jangan lupa, setelah itu tersenyum selebar-lebarnya, kalau bisa melakukan senam wajah agar wajah kita selalu fresh dan ceria setiap saat. Hal ini bisa membuat kita pandai mengatur ekspresi (latihan otot wajah) dan mengatur mood kita agar senantiasa berada dalam keadaan baik sepanjang hari.
Oke cukup, mari lanjutkan ….
Setelah dari Mirota, Bang io langsung mengantarkan saya menuju Jombor. Perjalanan yang singkat dengan panas yang menyengat-nyengat permukaan kulit kaki dan tangan.
#hufft
Sekitar lima belas menit kemudian sampailah saya di Jombor dan sempat bingung mau naik bis yang mana. Kemudian saya bertanya pada salah satu bapak kernet..
“Permisi pak, kalau mau ke Magelang naik apa ya ?”
kemudian pak ernet menjawab, “Oh kui mbak, naik bis jurusan Semarang, mengko medun neng terminal Magelang.”
“kalau ke Secang pak ?”
“podo mbak, mengko medune neng terminal secang. Nek dari Magelang repot naik angkotnya Mbak”
“Oh nggih pak, suwun nggih, pak”
Mengetahui hal itu, saya bergegas naik ke dalam bis tujuan Yogya-Semarang. Saya takut jika tidak kebagian kursi lagi dan harus berdiri lagi dari Yogya sampai Secang. Tetapi, Alhamdulillah saya dapat kursi …
Beberapa puluh menit pertama, saya merasa baik–baik saja di bis. Namun, pada menit-menit berikutnya ketika bis berhenti di depan aloon-aloon sleman, saya merasa kepanasan, sumuk dan pusing. Baju saya basah kuyup bermandikan keringat.
Penumpang yang naik pun semakin banyak. Kepala terasa mendidih saking panasnya hawa dalam bis saat itu.
Tak lama kemudian angin segar datang ketika pak sopir mulai menjalankan kembali bisnya. #semriwing
Perjalanan ke Magelang memang terasa tidak seberat perjalanan sebelumnya.
Namun, ketika sampai di terminal Magelang, lagi-lagi kami di oper bis.
Di dalam bis yang kedua ini, perjalanan terasa berat karena harus berdesak-desakan dengan penumpang lain dan jendela bisnya banyak yang ditutup karena di luar gerimis mulai turun.
SUMPEK. Satu kata yang mampu mewakili semuanya pada saat itu.
Selama di perjalanan, saya tidak lepas kontak dengan Mas Edi agar mudah bertemu nantinya di terminal Secang.
Ketika sampai di daerah Kebonpolo, pak kernet yang sedang menarik bayaran pada penumpang bertanya pada saya, “mudun pundi, mbak?”
“Terminal Secang, pak. Saya sudah bayar di bis sebelumnya, tapi gak dapat tiket”
“ya iyalah mbak, wong mudune neng Secang og”
Aduh ! malu saya. Baru tahu kalau jarak dekat tidak perlu pakai tiket padahal bayarnya Rp 10.000,-
***
Beberapa menit kemudian, sampailah saya di terminal Secang dan disana Mas Edi telah menunggu saya dari tadi. Mas Edi mengajak saya ke rumahnya untuk mengambil tas dan jas hujan dan makan dulu di rumahnya. Oh ya, sebelumnya, Mas Edi Kusuma Prabantoro yang biasa di panggil Kakak atau Mas Ed adalah salah seorang kakak tingkat saya si Sos-Ant yang sangat baik hati, rela menolong dan tabah *ahahaha..salam PRAMUKA !*
Ia juga partner saya di fungsionaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi 2013.
Rumahnya Mas Edi berada di desa Harjosari, Secang, Kab. Magelang. Suasana di desanya Mas Edi sangat menyenangkan. Saya dapat melihat sawah yang luas dan hijau-menguning, jika cuaca terang, saya juga dapat melihat barisan gunung-gunung menjulang tinggi, kata Mas Edi sih deretan Gunung Sumbing.
Kemarin juga saya melihat Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang sedang memanen padinya secara bergotong royong dan masih tradisional. Ada pula bapak-bapak yang sedang membajak sawah menggunakan traktornya, ada juga orang yang sedang mandi dan nge-pup di saluran air.
*oow.oww
Pukul 13.30, setelah hujan reda.
Saya dan Mas Edi telah sampai di Aloon-aloon Kota Magelang. Suasana sangat ramai karena saat itu ada acara Kirab Budaya dalam rangka Ulang Tahun Kota Magelang yang ke-1107 tahun. Acara Kirab ini diadakan setahun sekali.
Warga Magelang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan penampilan siswa-siswi SMP dan SMA yang hendak mempertunjukkan kebolehan mereka dihadapan bupati Magelang dan unsur muspida.
Dari yang tadinya berada di bagian paling belakang arak-arakan, saya dan Mas Edi terus bergerak menuju panggung utama. Saya mengeluarkan kamera dan tele, benda itu sangat berguna bagi kami karena tidak ada satupun aparat yang melarang kami berada di tengah jalan dan di tengah-tengah arak-arakan. Mungkin mereka mengira kami wartawan atau apa gitu ya .. *ahaha
Tidak lama, sampai lah kami di panggung utama. Disana sedang berlangsung pertunjukan drum band dari siswa-siswi SMP (lupa nama SMP-nya).
Kemudian, saya sibuk dengan dunia saya sendiri. Mencari angel-angel yang bagus, berpindah-pindah dan mengganti-ganti lensa …
Meskipun baru jadi fotografer pemula, gayanya boleh lah, hahahaha
*semoga bisa jadi fotografer traveling sungguhan. Amiin*
Di detik-detik terakhir performans, memori card kamera saya yang hanya berkapasitas 4 Gigabyte sudah penuh bin sesak.
Akhirnya, saya menghapus beberapa foto yang saya rasa kurang penting.
Walhasil, saya hanya mengambil beberapa foto pada penampilan terakhir.
*so sad*
Tepat pada pukul 16.00, acara Kirab Budaya dalam rangka HUT Kota Magelang ke-1107 Tahun pun selesai. Saya dan Mas Edi bergegas pulang ke Semarang karena hari sudah semakin sore dan langit mendung mulai nampak.
Sialnya, di tengah perjalanan pulang, kami diguyur hujan lebat dari Secang hingga Pringsurat.
Sesampainya di Ambarawa langit sudah cerah kembali dan kami berhenti sejenak di depan Alfamart Ambarawa yang kebetulan diseberangnya terminal Ambarawa dan sempat juga mengambil foto...
*narsisme berlaku dimana saja dan kapan saja*


Perjalanan kami ditutup dengan indah saat kami melihat indahnya langit senja.
Sunset yang cantik dan satu porsi sate Madura yang nikmat di penghujung perjalanan.
How exciting trip !
Alhamdulillah ... Subhanallah ....
Inilah beberapa hasil foto saya dari total foto yang berjumlah 860 foto. #ajegileeee cak !!



Salah satu siswi SMP memberikan serangkai bunga
kepada Bapak Bupati Magelang
author : Alfisyahr Izzati Murdiyono
Peringatan : dilarang mengambil foto apapun dari blog ini tanpa seijin saya sebagai author. Hargai Karya orang lain jika ingin dihargai. Sebagai manusia berpendidikan, tidak akan mencuri karya orang lain dan mengaku-akui karyanya sendiri.Jika ingin mengopy isi serta gambar, silahkan sertakan link ini sebagai sumber.
Sugeng Sonten nggih :)
Kembali lagi bersama saya si Aneuk Inong kelahiran Aceh domisili Kalimantan Tengah menuntut ilmu dan cari pengalaman di Jawa yang cinta Indonesia… #eeaaaa
Saya harap rencang-rencang sedoyo ndak bosan melihat kisah saya yang saya kemas dalam bahasa yang sangat kurang baik dan terkesan norak, yak an ?!
Tapi tidak masalah, toh saya juga baru belajar bagaimana seni menulis, bagaimana bercerita dan bagaimana membuat anda nyaman bersama saya. Saya mempunyai harapan yaitu saya harap anda menyukai cerita-cerita perjalanan saya. Meskipun anda tidak menyukainya,mohon jangan dihina ya, tetapi berikanlah masukan melalui kolom komentar maupun mengirimi saya email di kanjengizza@gmail.comKali ini saya ingin melanjutkan cerita saya tadi pagi. Namun, disini ada yang beda loh… Setting cerita kali ini berpindah ke daerah Secang dan Magelang.
Widiiihh… saya sudah banyak mendengar pertanyaan dan pernyataan teman-teman, kurang lebih seperti ini,“Izza kok koe jalan-jalan melulu sih !” “Koe ki keakehan duit po, kok jalan-jalan terus?” dan sebagainya yang kurang lebih seperti itu.Tahukah kalian, saya jalan-jalan dengan biaya seadanya dan seminimal mungkin.Saya di Jogja menginap di tempat bulek atau mbak saya, tetapi lebih sering menginap di kos sahabat saya yang kuliah di UNY, namanya Vivi Rosalia.Jalan-jalan di Jogja itu kalau tidak jalan kaki ya naik Trans Jogja dan nebeng teman. Alhamdulillah teman-teman di Jogja kalau tidak sibuk pasti mengajakku jalan-jalan ke tempat-tempat yang ingin kita tuju.Kalau makan juga burjo atau Kedai 24 sudah cukup bahkan bisa dibilang lebih dari cukup. Paling di jalan butuh minum, jadi uang keluar untuk biaya jajan begitu.
Jadi, jalan-jalannya bisa low-cost kan guys ?!
Baiklah, perjalan saya kemarin dimulai pukul Sembilan kurang dengan garis besar agenda sebagai berikut ;
Pukul Sembilan kurang saya sudah berpamitan dengan Mbak Dita dan bergegas keluar dari kos Vivi karena sudah ditunggu Bang Io (Mario).
Setelah itu saya dan Bang Io berangkat ke Mirota untuk mencari dupa aromatic yang saya inginkan, namun ternyata sulit menemukan yang saya inginkan, jadi saya hanya membeli lilin apung aromatik.
Sekedar intermezzo, lilin atau dupa aromatic dapat membantu kita menenangkan atau membuat relax pikiran kita. Meditasi atau menenangkan diri bisa dilakukan saat malam hari setelah sholat Isya atau subuh sebelum sholat Subuh. Jangan lupa, setelah itu tersenyum selebar-lebarnya, kalau bisa melakukan senam wajah agar wajah kita selalu fresh dan ceria setiap saat. Hal ini bisa membuat kita pandai mengatur ekspresi (latihan otot wajah) dan mengatur mood kita agar senantiasa berada dalam keadaan baik sepanjang hari.
Oke cukup, mari lanjutkan ….
Setelah dari Mirota, Bang io langsung mengantarkan saya menuju Jombor. Perjalanan yang singkat dengan panas yang menyengat-nyengat permukaan kulit kaki dan tangan.
#hufft
Sekitar lima belas menit kemudian sampailah saya di Jombor dan sempat bingung mau naik bis yang mana. Kemudian saya bertanya pada salah satu bapak kernet..
“Permisi pak, kalau mau ke Magelang naik apa ya ?”
kemudian pak ernet menjawab, “Oh kui mbak, naik bis jurusan Semarang, mengko medun neng terminal Magelang.”
“kalau ke Secang pak ?”
“podo mbak, mengko medune neng terminal secang. Nek dari Magelang repot naik angkotnya Mbak”
“Oh nggih pak, suwun nggih, pak”
Mengetahui hal itu, saya bergegas naik ke dalam bis tujuan Yogya-Semarang. Saya takut jika tidak kebagian kursi lagi dan harus berdiri lagi dari Yogya sampai Secang. Tetapi, Alhamdulillah saya dapat kursi …
Beberapa puluh menit pertama, saya merasa baik–baik saja di bis. Namun, pada menit-menit berikutnya ketika bis berhenti di depan aloon-aloon sleman, saya merasa kepanasan, sumuk dan pusing. Baju saya basah kuyup bermandikan keringat.
Penumpang yang naik pun semakin banyak. Kepala terasa mendidih saking panasnya hawa dalam bis saat itu.
Tak lama kemudian angin segar datang ketika pak sopir mulai menjalankan kembali bisnya. #semriwing
Perjalanan ke Magelang memang terasa tidak seberat perjalanan sebelumnya.
Namun, ketika sampai di terminal Magelang, lagi-lagi kami di oper bis.
Di dalam bis yang kedua ini, perjalanan terasa berat karena harus berdesak-desakan dengan penumpang lain dan jendela bisnya banyak yang ditutup karena di luar gerimis mulai turun.
SUMPEK. Satu kata yang mampu mewakili semuanya pada saat itu.
Selama di perjalanan, saya tidak lepas kontak dengan Mas Edi agar mudah bertemu nantinya di terminal Secang.
Ketika sampai di daerah Kebonpolo, pak kernet yang sedang menarik bayaran pada penumpang bertanya pada saya, “mudun pundi, mbak?”
“Terminal Secang, pak. Saya sudah bayar di bis sebelumnya, tapi gak dapat tiket”
“ya iyalah mbak, wong mudune neng Secang og”
Aduh ! malu saya. Baru tahu kalau jarak dekat tidak perlu pakai tiket padahal bayarnya Rp 10.000,-
***
Beberapa menit kemudian, sampailah saya di terminal Secang dan disana Mas Edi telah menunggu saya dari tadi. Mas Edi mengajak saya ke rumahnya untuk mengambil tas dan jas hujan dan makan dulu di rumahnya. Oh ya, sebelumnya, Mas Edi Kusuma Prabantoro yang biasa di panggil Kakak atau Mas Ed adalah salah seorang kakak tingkat saya si Sos-Ant yang sangat baik hati, rela menolong dan tabah *ahahaha..salam PRAMUKA !*
Ia juga partner saya di fungsionaris Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi 2013.
Rumahnya Mas Edi berada di desa Harjosari, Secang, Kab. Magelang. Suasana di desanya Mas Edi sangat menyenangkan. Saya dapat melihat sawah yang luas dan hijau-menguning, jika cuaca terang, saya juga dapat melihat barisan gunung-gunung menjulang tinggi, kata Mas Edi sih deretan Gunung Sumbing.
Kemarin juga saya melihat Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang sedang memanen padinya secara bergotong royong dan masih tradisional. Ada pula bapak-bapak yang sedang membajak sawah menggunakan traktornya, ada juga orang yang sedang mandi dan nge-pup di saluran air.
*oow.oww
Pukul 13.30, setelah hujan reda.
Saya dan Mas Edi telah sampai di Aloon-aloon Kota Magelang. Suasana sangat ramai karena saat itu ada acara Kirab Budaya dalam rangka Ulang Tahun Kota Magelang yang ke-1107 tahun. Acara Kirab ini diadakan setahun sekali.
Warga Magelang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan penampilan siswa-siswi SMP dan SMA yang hendak mempertunjukkan kebolehan mereka dihadapan bupati Magelang dan unsur muspida.
Dari yang tadinya berada di bagian paling belakang arak-arakan, saya dan Mas Edi terus bergerak menuju panggung utama. Saya mengeluarkan kamera dan tele, benda itu sangat berguna bagi kami karena tidak ada satupun aparat yang melarang kami berada di tengah jalan dan di tengah-tengah arak-arakan. Mungkin mereka mengira kami wartawan atau apa gitu ya .. *ahaha
Tidak lama, sampai lah kami di panggung utama. Disana sedang berlangsung pertunjukan drum band dari siswa-siswi SMP (lupa nama SMP-nya).
Kemudian, saya sibuk dengan dunia saya sendiri. Mencari angel-angel yang bagus, berpindah-pindah dan mengganti-ganti lensa …
Meskipun baru jadi fotografer pemula, gayanya boleh lah, hahahaha
*semoga bisa jadi fotografer traveling sungguhan. Amiin*
Di detik-detik terakhir performans, memori card kamera saya yang hanya berkapasitas 4 Gigabyte sudah penuh bin sesak.
Akhirnya, saya menghapus beberapa foto yang saya rasa kurang penting.
Walhasil, saya hanya mengambil beberapa foto pada penampilan terakhir.
*so sad*
Tepat pada pukul 16.00, acara Kirab Budaya dalam rangka HUT Kota Magelang ke-1107 Tahun pun selesai. Saya dan Mas Edi bergegas pulang ke Semarang karena hari sudah semakin sore dan langit mendung mulai nampak.
Sialnya, di tengah perjalanan pulang, kami diguyur hujan lebat dari Secang hingga Pringsurat.
Pukul Sembilan kurang saya sudah berpamitan dengan Mbak Dita dan bergegas keluar dari kos Vivi karena sudah ditunggu Bang Io (Mario).
*narsisme berlaku dimana saja dan kapan saja*


Perjalanan kami ditutup dengan indah saat kami melihat indahnya langit senja.
Sunset yang cantik dan satu porsi sate Madura yang nikmat di penghujung perjalanan.
How exciting trip !
Alhamdulillah ... Subhanallah ....
Inilah beberapa hasil foto saya dari total foto yang berjumlah 860 foto. #ajegileeee cak !!
Salah satu siswi SMP memberikan serangkai bunga kepada Bapak Bupati Magelang |
author : Alfisyahr Izzati Murdiyono
Peringatan : dilarang mengambil foto apapun dari blog ini tanpa seijin saya sebagai author. Hargai Karya orang lain jika ingin dihargai. Sebagai manusia berpendidikan, tidak akan mencuri karya orang lain dan mengaku-akui karyanya sendiri.Jika ingin mengopy isi serta gambar, silahkan sertakan link ini sebagai sumber.
Sayang ditulis menggunakan huruf kapitas seluruhnya, menyulitkan untuk membacanya. Tetapi secara keseluruhan makin membaik
BalasHapus