Perjalanan
Menuju Johar menggunakan angkutan umum kami mulai pada pukul 13.50 dengan rute perjalanan
sebagai berikut; berangkat dari UNNES, kemudian turun di Jembatan Besi Sampangan
dengan membayar ongkos sebesar Rp. 2.500 per orang. Setelah itu berjalan kaki
beberapa meter mengejar angkutan umum selanjutnya dengan rute Sampangan - Simpang
Lima – Johar. Saat itu cuaca terasa sangat terik dan hawa Semarang terasa amat
panas, terlebih lagi di dalam angkutan umum harus duduk berdesak-desakan.
Beberapa orang anggota kami, yaitu Miko dan Izza terlihat lemas karena merasa
pusing dan mual. Setelah beberapa puluh menit kami melakukan perjalanan yang
sangat melelahkan dari Sampangan menuju Johar, kami diturunkan oleh supir
angkutan tersebut di depan gapura Pasar Ya’ik Baru, kemudian kami melanjutkan
perjalanan dengan berjalan kaki mengelilingi pasar Ya’ik dan Johar.
Yang pertama kali menarik perhatian ketika sampai di
sana, kondisi sanitasi di pasar Johar tidak memenuhi standar kebersihan.
Sanitasinya kurang baik dan sistem pengairan di pasar ini sangat buruk. Pedagang
maupun pengunjung membuang sampah ke saluran air dan hal itu menyebabkan
tersumbatnya saluran sehingga air selokan meluap. Sanitasi yang lain adalah
toilet umum. Keadaan toilet sebagai sarana umum tidak menunjukkan kebersihan
dan kesehatan. Toilet terlihat kotor dan jorok meskipun terdapat penjaga toilet
dan ada penarikan biaya bagi siapa saja yang menggunakan toilet. Setiap
pengguna toilet dibebankan biaya kebersihan sebesar Rp. 1000,- .
Keadaan parkiran di pasar Johar terlihat sudah cukup
tertata rapi, dan kondusif. Untuk satu
kali parkir dikenakan biaya yang berbeda tarifnya, biasanya untuk sepeda motor
dikenakan biaya seribu rupiah sedangkan untuk mobil dua ribu rupiah. Keamanan
parkiran diragukan karena petugas parkir kurang mengontrol kendaraan-kendaraan
yang terparkir. Hal itu disebabkan karena kendaraan yang parkir cukup banyak tetapi
jumlah petugas parkir tidak sebanding dengan jumlah kendaraan tersebut. Oleh
karena itu, pemilik kendaraan harus menjaga kendaraan dan barang bawaannya
masing-masing (meletakkan helm dalam jok motor, mengunci pintu mobil, tidak
meninggalkan barang berharga pada kendaraan).
Tata
ruang di pasar Johar masih terasa berantakan dan belum tertata rapi. Tetapi, di
pasar Johar sudah dibuat blok-blok menurut jenis barang dagangan yang dijual. Di
lantai bawah terdapat barang dagangan seperti barang sandang dan pangan
sementara di lantai dua terdapat barang dagangan seperti grosir buah-buahan dan
buku-buku bekas.
Tidak
jauh dari gapura masuk Pasar Ya’ik terdapat pos keamanan dimana pada saat kami
kunjungi, tidak terdapat penjaga pos keamanan tersebut. Pos-pos keamanan
tersebut terdapat di depan pintu masuk dan di belakang. Salah satu nama pos
keamanan tersebut adalah pos PAM Swakarsa Bambu Kuning.
Untuk
produk yang dijual di pasar johar sangat beranekaragam. Seperti buku, makanan
berat dan makanan ringan, barang-barang elektronik, bahan mentah (ikan, daging,
sayur, dll), lauk pauk, pakaian, tas, buah-buahan, alat-alat rumah tangga,
sepatu dan lain sebagainya.
Suasana
di pasar Johar ramai seperti pasar pada umumnya, mengingat pasar Johar juga
merupakan pasar yang tertua di Semarang dan pusat perdagangan tradisonal. Di
pasar Johar, para pedagang sangat ramah kepada pengunjung dan juga interaksi
antar pedagang sangat bagus.
Hawa yang terasa di pasar Johar amat panas, sering kali pengunjung harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain dan bau tak sedap tercium dimana-mana terutama pada pasar ikan, namun berbeda dengan aroma pada pasar buah yang lebih harum dan bersih juga tidak becek. Terdapat pemandangan yang sangat menarik perhatian kami ketika berjalan-jalan di pasar buah yaitu ketika bongkar barang dari truk-truk yang memuat buah-buahan dari berbagai daerah produksi untuk didistribusikan ke Pasar Johar dan di jual ke berbagai daerah di Semarang maupun langsung di jual eceran oleh pedagang-pedagang di Pasar Johar, ketika itu juga para kuli panggul mendekat dan mulai mengisi keranjang di punggung mereka hingga penuh dengan buah-buahan. Yang menarik adalah ketika seorang ibu menggendong keranjang di punggungnya yang penuh dengan buah melon berukuran besar, yang beratnya berkali-kali lipat berat badannya karena tubuh ibu itu kurus dan kecil namun sangat kuat.
Hawa yang terasa di pasar Johar amat panas, sering kali pengunjung harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain dan bau tak sedap tercium dimana-mana terutama pada pasar ikan, namun berbeda dengan aroma pada pasar buah yang lebih harum dan bersih juga tidak becek. Terdapat pemandangan yang sangat menarik perhatian kami ketika berjalan-jalan di pasar buah yaitu ketika bongkar barang dari truk-truk yang memuat buah-buahan dari berbagai daerah produksi untuk didistribusikan ke Pasar Johar dan di jual ke berbagai daerah di Semarang maupun langsung di jual eceran oleh pedagang-pedagang di Pasar Johar, ketika itu juga para kuli panggul mendekat dan mulai mengisi keranjang di punggung mereka hingga penuh dengan buah-buahan. Yang menarik adalah ketika seorang ibu menggendong keranjang di punggungnya yang penuh dengan buah melon berukuran besar, yang beratnya berkali-kali lipat berat badannya karena tubuh ibu itu kurus dan kecil namun sangat kuat.
Di
sekitar lingkungan pasar Johar terdapat masjid yang bernama Masjid Agung Kauman Semarang. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga
sebagai tempat istirahat atau tempat singgah para pedagang dan pengunjung pasar
atau masyarakat umum yang kelelahan.
Adapula orang-orang yang mengumpulkan rupiah demi rupiah di pelataran masjid, mereka menunggu ada dermawan yang mengulurkan tangannya ke dalam gelas plastik yang mereka bawa. Seratus, dua ratus, lima ratus, lumayan.
Adapula orang-orang yang mengumpulkan rupiah demi rupiah di pelataran masjid, mereka menunggu ada dermawan yang mengulurkan tangannya ke dalam gelas plastik yang mereka bawa. Seratus, dua ratus, lima ratus, lumayan.
hasil observasi pada tanggal 5 Nopember 2012 di Pasar Johar
Bersama : Miko, Lily, Hilda, Debie, Devi dan Saya. Observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi desa-kota
Bersama : Miko, Lily, Hilda, Debie, Devi dan Saya. Observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi desa-kota
Add your comment