HARMONISASI KEHIDUPAN DALAM KONSEP TATA RUANG RUMAH BALI
Alfisyahr Izzati
Jurusan Sosiologi dan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang

Pulau Bali terkenal dengan sebutan Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura. Sebutan ini muncul karena  di Pulau Bali terdapat banyak pura yang digunakan untuk menyembah Dewata. Sebagian besar masyarakat Bali beragama Hindu Dharma, sehingga kehidupan, adat dan budaya masyarakat Bali sangat dipengaruhi falsafah-falsafah yang diajarkan didalamnya. Budaya tradisional Bali merupakan perwujudan pengaturan tingkah laku umat yang dilandasi agama Hindu dengan 3 (tiga) unsur kerangka dasar, yaitu; 1). Tatwa atau filsafat; 2). Susila atau etika; 3). Upacara atau ritual (Parisada Hindu Dharma, 1978:16 dalam Dwijendra, 2003). Tiga kerangka dasar berperilaku tersebut sudah tertanam kuat di dalam diri setiap individu dalam masyarakat Bali.
Dalam kitab suci Weda, ada beberapa konsep ilmu spesifik yang diaplikasikan dalam kehidupan para penganutnya, yaitu; Ayurweda (Ilmu pengobatan), Dhanurweda (Seni bela diri dan persenjataan), Ayurveda dan Dhanurveda (konsep ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina, dalam akupuntur dan seni beladirinya, Gandharv Veda (Seni musik, sajak dan tari), Jyotisha (Ilmu Astrologi), Tantra, Shiksha dan Vyakara (Ilmu tata bahasa) juga Stahapatya Veda (Ilmu arsitekturseni pahat dan ilmu geomansi). Semua konsep-konsep ilmu ini bertujuan untuk membuat kehidupan manusia berlangsung harmonis. Hubungan harmonis tersebut terangkum dalam tiga unsur kehidupan, yaitu Tri Hita Karana yang berarti tiga sebab kebahagiaan. Tri Hita Karana yang menjiwai setiap sendi kehidupan manusia, merupakan konsep yang menjelaskan keharmonisan kosmologis. Konsep Tri Hita Karana telah menunjukkan berbagai keunggulan dan nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan relevan dengan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Tri Hita Karana secara implisit mengandung pesan agar dalam mengelola sumberdaya alam termasuk sumberdaya air secara arif untuk menjaga kelestariannya, senantiasa bersyukur kehadapan Tuhan dan selalu mengedepankan keharmonisan hubungan antar sesama manusia, sehingga timbulnya konflik dapat diantisipasi. (Sutawan, 2004 dalam Wesnawa, 2010)
Konsepsi keharmonisan hidup juga tercermin pada tata ruang rumah Bali. Rumah Bali seperti pada umumnya berfungsi sebagai tempat tinggal manusia sekaligus tempat beraktivitas seperti masak, makan, tidur, mencuci, juga sebagai tempat berlindung manusia dari kondisi alam atau cuaca (hujan, panas, malam, dsb). Selain itu, rumah Bali juga digunakan sebagai tempat beribadah manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi.