Potret Kebersamaan Kakek-Nenek dengan Cucu Tercinta |
Halo Parents, apa kabar? Setelah hampir satu tahun di rumah aja dan tidak bertemu orang tua dan mertua, aku dan suami memutuskan untuk pergi berlibur ke rumah keduanya. Anak kami, Azura, sangat bahagia saat menginap di rumah Kai (kakek, dalam bahasa Banjar) dan Nenek serta Eyang Uti dan Kakungnya.
Aku sempat membaca dua artikel yang menarik dari The Asian Parents (situs parenting terbaik di Indonesia) tentang hubungan cucu dengan kakek dan neneknya, yakni artikel 5 Fakta Dampak Psikologis anak Diasuh Nenek dan artikel berjudul Sering Menitipkan Anak keOrang Tua? 15 Hal Ini Sering Jadi Curhatan Kakek-Nenek. Keduanya menceritakan peran dan perasaan kakek dan nenek dalam pengasuhan ketika sang cucu dititipkan kepada mereka.
Terlepas dari kehadiran kakek
nenek yang berperan dalam pengasuhan, aku melihat hubungan kakek dan nenek dari
sudut pandang emosional-rekreasional. Hubungan emosional-rekreasional yang
dimaksud adalah hubungan yang intens melibatkan kedekatan emosi meski tidak
tinggal dalam satu rumah dan hanya bertemu sesekali dalam suasana liburan.
Dampak Positif Hubungan Kedekatan antara Kakek-Nenek dengan Cucunya
Adapun beberapa dampak positif yang ditimbulkan dari hubungan kedekatan antara kakek-nenek dengan cucunya antara lain:
Semua Merasa Bahagia
Bagi seorang kakek dan nenek, melihat cucu terlahir ke dunia merupakan sebuah anugerah. Tidak ada kata lain yang terucap selain ‘bahagia’. Pada dasarnya, kakek dan nenek mencintai cucunya seperti orang tua mencintai anaknya.
Ketika Cucu dan Kakek-Nenek wisata bersama |
Bagi seorang cucu, berada di antara kakek dan nenek yang mencintainya juga membuatnya merasa bahagia. Anakku cenderung makan lebih banyak saat di rumah kakek dan neneknya. Ia juga senang bercanda dan tertawa saat bermain dengan kakek dan neneknya.
"Azura jadi obat lelahnya nenek. Kalau Azura menginap di rumah Nenek, nenek jadi lebih semangat bekerja" kata Nenek (ibuku).
Bahagia merupakan salah satu resep imun yang kuat, bukan?
Anak Mengenal Multikultur Sejak Dini
Latar belakang
keluarga kami yang berasal dari suku bangsa dan budaya berbeda sedikit-banyak
memengaruhi corak-corak pengasuhan. Ketika menginap di rumah Kai dan Nenek di
Bogor, cara pengasuhannya lebih ke corak pengasuhan Sumatera. Dengan demikian,
terdapat prinsip, norma-norma dan bahasa yang berbeda.
![]() |
Potret keluarga dalam tiga generasi: Kakek-nenek, tante dan cucu |
Lingkungan tempat tinggal Kai dan Nenek di lingkup perumahan yang notabene penghuninya perantauan juga menjadi hal yang menarik. Tentu ada hal yang berbeda dengan tempat tinggalnya di apartemen.
Sementara itu, saat di rumah Uti dan Kakung di Solo, lebih mencerminkan corak pengasuhan Jawa. Selama menginap di rumah Uti dan Kakung juga anakku mengenal begitu banyak saudara karena keluarga besar tinggal berdekatan. Corak-corak yang ada dalam keluarga kami menjadi pengalaman yang berbeda bagi anak kami. Kakek dan nenek juga akan menjadi role model bagi Azura.
Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Anak
Berhubung anak hidup dalam lingkungan yang berbeda dan berkomunikasi lintas generasi, kemampuan berkomunikasi anak meningkat. Aku melihat anakku, Azura, yang sudah mampu menyematkan sapaan berbeda untuk orang yang berbeda. Ia mengerti sapaan yang tepat untuk orang tuaku yakni Kai dan Nenek serta sapaan untuk mertuaku yakni Uti dan Kakung. Sementara ‘bunda’ merupakan sapaan untuk kedua adik perempuanku dan ‘tante’ untuk adik iparku. Begitupun saat ia bertemu dengan saudara-saudara lainnya yang berbeda usia.
Azura bermain bersama sepupu dan Eyang Kakungnya |
Menginap di rumah
kakek dan nenek dari dua keluarga membuat Azura mengenal banyak kosa kata. Menurut
pengamatanku, banyaknya tabungan kosa kata tersebut membuat kemampuan
berkomunikasi anakku jadi sangat baik. Hingga di usianya yang hampir tiga tahun
ini, ia tidak pernah tantrum. Ia sudah mampu mengomunikasikan perasaan dan
keinginannya pada orang tuanya juga kepada orang lain. Sehingga, tangisan bukan
senjatanya.
Mengembangkan Rasa Empati dan Kasih Sayang Secara Alami
Anak yang selalu terpapar rasa cinta, perhatian dan empati, akan menumbuh suburkan perasaan yang sama dalam dirinya secara alami. Tidak hanya dari keluarga inti (ayah dan ibu), anak juga akan melihat bagaimana kakek dan neneknya menyayangi dan berempati padanya.
Berdasarkan salah satu artikel dari The Asian Parent, ada 10 tips menanamkan rasa empati pada anak. Semua tipsnya bisa kita latih dan terapkan mulai dari berempati pada kakek dan nenek. Contoh paling sederhana adalah dengan mengucapkan terima kasih atas pemberian kakek dan nenek. Anak juga bisa berlatih menghargai dan mematuhi aturan-aturan yang diterapkan di rumah kakek dan nenek.
Bagaimanapun kehadiran cucu merupakan anugerah bagi kakek dan nenek, begitupun sebaliknya. Jujur saja, setiap melihat anakku begitu bahagia bermain bersama keempat kakek dan neneknya, aku pun merasa sangat bahagia.Aku sendiri tidak sempat
merasakan kasih sayang dari kakek dan nenekku. Hidupku yang selalu dalam
perantauan membuatku tidak mengenal baik saudara/i-ku lainnya. Jadi, aku ingin
sekali memaanfatkan secara maksimal momen berkunjung ke rumah kakek-nenek menjadi
momen terbaik yang bisa dikenang oleh kedua belah pihak, baik sang cucu maupun
sang kakek dan nenek.
![]() |
momen perpisahan kakek-nenek dengan cucunya yang akan berangkat merantau |
Semoga Kai, Nenek, Uti, dan
Kakung sehat wal afiat, panjang umur dan berbahagia di masa tuanya. aamiin Allahumma aamiin.
Apakah Parents juga merasakan
dampak positif dari kedekatan antara anak (cucu) dengan kakek dan neneknya? Share
ceritamu di kolom komentar ya…
Untuk baca lebih banyak artikel bermanfaat tentang parenting, kehamilan, keluarga, cari nama bayi dan sebagainya, Parents bisa baca di website The Asian Parent Indonesia https://id.theasianparent.com/ atau unduh aplikasinya via App Store dan Google Play. Aplikasinya gratis. Parents juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan melalui fitur ‘VIP Parents’ yang tersedia di aplikasi The Asian Parent.
Semoga bermanfaat. Terima kasih.
#TAPLombaCeritaParents