Stunting, sebuah
istilah yang baru aku kenal sejak menjadi ibu, kira-kira menjelang kelahiran anak
pertamaku empat tahun yang lalu. Agak terlambat rasanya, karena tidak ada yang
pernah memberitahuku soal stunting ini dengan lebih jelas. Dokter dan bidan
tempat aku periksa kehamilan juga tidak pernah menyampaikan soal stunting
maupun pencegahannya.
Ketika anak sudah
lahir dan hampir memasuki fase MPASI, barulah aku mencari tahu lebih dalam lagi
soal stunting. Semua bermula dari omongan orang tuaku yang terus mengomentari
berat badan anakku yang dinilai kecil. Belum lagi kalau melihat anak-anak
sepantarannya yang terlihat lebih tinggi dari anakku.
Sejak pandemi
covid-19, posyandu di daerahku tutup, dan aku sekeluarga berusaha membatasi
diri untuk tidak pergi ke puskesmas selama tidak ada urgensinya. Aku dan suami
tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang ilmu kesehatan. Kami sempat
mengalami masa-masa stress karena khawatir dengan tinggi badan dan berat badan
anak kami yang tidak terpantau oleh petugas kesehatan.
Akhirnya yang bisa kami lakukan selama pandemi adalah dengan belajar memantau sendiri tinggi, berat dan lingkar kepala anak kami lalu mencatatkannya di buku pink, baca buku atau informasi mengenai tumbuh kembang anak dan mengikuti webinar-webinar parenting salah satunya yang membahas tentang stunting.