Pundakku untuk Bebanmu,
Sahabatku
Aku akan amat merasa bernilai andai dapat menghapus air
matamu dengan telapak tanganku. Mencari solusi bersama jika engkau tengah terhimpit
problematika hidupmu.
Siang itu, Anna duduk termenung di sudut kelas.
“Anna, kamu kenapa ? kok wajahmu suram begitu sih?” tanyaku
sambil mendekatinya.
“nggak Za, gak kenapa-kenapa kok” jawabnya. Tampak segurat
senyum tipis yang dipaksakan diwajahnya.
“Anna, kita sudah bersahabat sejak SD kan ? kau anggap aku sahabatmu
kan ? mari berbagi duka” aku menggoyang tubuhnya.
“Iya, Za. Maafkan aku. Begini, kamu tahu kan kalau ayahku hanya
seorang penarik getek dan ibuku penjual kerupuk? Aku tidak mampu membayar uang
jaket kelas kita seharga dua ratus ribu itu” Anna menangis sesenggukan.
“Ooooh, jadi itu masalahmu. Aku akan membelamu pada rapat jaket
kelas nanti. Aku akan meminta penangguhan waktu pembayaran khusus untukmu
sampai kau punya cukup uang untuk membayarnya” aku meyakinkannya dan menghapus
air matanya.
Pada rapat jaket kelas, aku membela Anna dihadapan
teman-temanku yang egois. Mereka menganggap uang dua ratus ribu itu kecil
nilainya.
Mereka selalu mengukur kemampuan orang lain setara dengan
kemampuannya. Padahal, hidup tak selamanya seperti apa yang mereka lihat.
Anna yang sering minder, kini tampak lebih percaya diri
karena aku terus menyemangatinya.
#Flash True Story, Jumat, 3 Agustus 2012
Pangkalan Bun