Showing posts with label Sastra

Niti Sastra : Buku

in , , , by nyakizza.blogspot.com, 11.40
Siang ini, saya mendapatkan inspirasi baru setelah membaca buku "Niti Sastra" kesayangan saya.
Perhatikan kutipan ini, dalam salah satu karyanya berjudul C. G. Jung dan Herman Hesse : A Record of Two Friendship, Miguel Serrano menulis ; 
"Even today, I would go halfway round the world to find a book if I thought it essential to my needs, and I have a feeling of absolute veneration for those few authors who had given me something special. For this reason I can never understand the tepid youth of today who wait for books to be given to them and who neither search nor admire.
I would go without eating in order to get a book, and I have never liked borrowing books, because I have always wanted them to be absolutely mine so that I could live with them for hours on end."
Luar biasa ! "Hingga hari ini pun aku rela mengelilingi setengah dunia untuk memperoleh sebuah buku yang kuanggap penting bagi kebutuhanku. Aku sangat menghormati beberapa penulis yang telah memberikan sesuatu yang berharga kepadaku. Karena itu, aku tidak habis mengerti sikap para muda zaman ini yang hanya bisa menunggu untuk disuguhi sebuah buku. Mereka tidak mau mencari, dan tidak dapat menghargai (sebuah karya yang bernilai tinggi).
Aku rela tidak makan untuk memperoleh sebuah buku. Aku tidak suka meminjam buku, karena aku selalu menginginkan buku-bukuku menjadi milikku sehingga dapat menikmatinya tanpa batas waktu"


Meskipun minat membaca saya masih rendah (saya sadari itu), namun minat mengoleksi buku saya sangat tinggi (pendapat beberapa rekan). Saya berpikir suatu saat nanti, buku-buku itu pastiakan saya baca, yang penting mereka semua adalah milik saya.
Saya menyukai buku yang berhubungan dengan budaya, sastra, masyarakat, kejiwaan dan kehidupan... Saya juga suka meminjamkan buku-buku saya secara gratis dengan syarat dikembalikan dalam keadaan baik seperti saat peminjaman :)

Niti Sastra : Pengalaman dan Pengetahuan

in , , , by nyakizza.blogspot.com, 15.31
Selamat sore guys, saya mau berbagi cerita lagi nih mengenai Niti Sastra yang saya kutip dari buku Ancient Wisdom for Modern Leaders "Niti Sastra" karangan Anand Krishna. Buku ini merupakan buku yang amat saya gemari, karena saya merasa pesan-pesan dalam niti sastra ini memnag benar-benar sarat akan makna ...
Bahasanya seperti menyindir tetapi halus sekali.
Saya menemukan buku kecil ini di Gramedia Java Mall pada tanggal 21 Juni 2012. Saat itu, saya dan ayah sedang berjalan-jalan berkeliling kota Semarang hingga akhirnya kita memutuskan untuk mendinginkan diri di dalam Java Mall sambil menikmati suasana ramai di tempat tersebut karena saat itu di Java Mall sedang mengadakan acara pembukaan Khitan Gratis...
Awalnya saya mengira buku Niti Sastra ini hanyalah buku motivasi atau puisi-puisi seperti itu saja, ternyata lebih dari itu, buku Niti Sastra ini menyimpan pembelajaran hebat yang dikemas dalam bahasa puitis khas karya sastra klasik.
Mengenai buku ini, meskipun ditulis pada abad kelima, tetapi kebijaksanaan klasik ini sangat bermanfaat jika dapat diilhami oleh para manusia Indonesia baru.
Dalam kata pengantar yang beliau berikan,  Sri Sultan Hamengku Buwono X berkata,  "Karya sastra klasik akan terus hidup dan dihidupkan kembali melalui penerjemahan, penulisan kembali, atau melalui alusi-alusi. Upaya itu memang perlu, karena ternyata bahwa nilai-nilai lama tidak seluruhnya usang. Ada banyak mutiara yang masih relevan bagi zaman kita, dan saya melihat hal itu dalam buku yang diupayakan oleh Anand Krishna ini."
Bagian favourite saya diantara bagian-bagian luar biasa lain adalah pada bab dua halaman 31-34 ;


Manis, asam, asin, pedas, pahit dan sepat ;
bagaimana dapat menjelaskan
rasa yang beragam itu,
tanpa pengetahuan dan penguasaan bahasa ?
Berada di tengah mereka yang tahu, 
terpaksa kau harus membisu.

Pengetahuan benar-benar menjadi daya hidup bila sudah dialami. Bagaimana dapat menjelaskan rasa manis bila kita sendiri saja belum pernah mencicipi sesuatu yang berasa manis ? Begitu pula dengan rasa-rasa lain. Demikian halnya dengan pengalaman hidup lain.

Dengan penguasaan bahasa yang benar dan sopan, kita bisa berbagi pengetahuan berdasarkan pengalaman itu. Dengan penguasaan bahasayang baik tersebut, kita bisa berbagi dengan lebih fasih dan mengena.

Pengetahuan bagaikan racun bagi mereka
yang malas dan tidak mau menuntutnya
Sebagaimana makanan yang tidak
tercerna pun menjadi racun dan menyebabkan penyakit;

Sebagaimana berkumpul dengan orang
banyak tidak menyenangkan hati mereka
yang kurang pandai bergaul;
Sebagaimana pasangan yang tua renta
mendongkolkan hati seorang perawan
jelita yang masih muda.

Banyak diantara kita yang memiliki bermacam gelar. Track record akademisnya sungguh menakjubkan. Gelarnya lengkap sudah, namun semua itu tidak berarti bahwa kita sudah berpengetahuan.
Menjadi orang yang berpengetahuan berarti membuka diri terhadap ilmu pengetahuan.
Gelar-gelar yang dimiliki tidak lebih dari pembuka Jalan.
Kita masih harus berjalan terus di atas jalur pengetahuan. Tiada batas waktu bagi penuntutan ilmu. Para penuntut ilmu tidak pernah selesai menuntut ilmu. Mereka yang malas dan sudah puas dengan gelar yang dimiliki sesungguhnya bukanlah penuntut ilmu sejati. Mereka hanyalah kolektor gelar.

Seorang penuntut ilmu bisa saja menuntut ilmu dengan tidak memperdulikan gelar apapun jua. Ulah para penuntut ilmu sejati seperti ini barangkali membingungkan para kolektor gelar karena mereka pada kubu yang berbeda. Seorang kolektor gelar cepat lelah, dan akhirnya menyerah. Seorang penuntut ilmu tidak mengenal kata menyerah.

Seorang kolektor gelar membatasi dirinya dengan hanya belajar dari mereka yang memiliki gelar lebih banyak. Seorang penuntut ilmu sejati belajar dari siapa saja. Alam semesta menjadi gurunya.

Seorang kolektor gelar memperoleh ilmu tekstual. Seorang penuntut ilmu sejati memperoleh pengalaman dan pengetahuan pribadi. Dan, pengalamannya itu, pengetahuannya itu, jauh lebih berharga daripada ratusan ribu teks; lebih bermakna daripada jutaan pengalaman orang-orang lain.

Untuk lebih lengkapnya sila teman-teman lihat pada buku Niti Sastra :)
senang berbagi dengan kalian guys ..
see yu ...
Penduduk asli Aceh adalah suku Bante. Dalam buku Aceh Sepanjang Abad yang ditulis oleh Mohammad Said disebutkan bahwa suku ini serumpun dengan penduduk asli semenanjung Malaysia yaitu Orang Asli. Bahasa Orang Asli termasuk dalam kelompok bahasa Mon-Khmer yaitu salah satu cabang dari rumpun bahasa Austro-Asia. Termasuk juga dalam bahasa Mon-Khmer adalah bahasa penduduk Kepulauan Nikobar di utara Pulau Weh yang kini bagian dari negara India. Namun demikian bahasa Aceh tidak termasuk dalam kelompok bahasa Mon-Khmer, tetapi termasuk dalam kelompok bahasa Aceh-Cam yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia.
Ada hal yang menarik dari hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti asing yaitu Paul Sidwell. Ia menemukan bahwa ada banyak kata-kata dalam bahasa Aceh yang seakar dengan kata-kata bahasa Mon-Khmer tetapi kata-kata ini tidak dijumpai dalam kelompok bahasa Cam. Nah, yang menjadi pertanyaan, dari manakah kata-kata ini berasal???

Seketek Pantun

in , , , by nyakizza.blogspot.com, 17.08
Kalam ’lah hari di Simabua
Kudo ’lah lakek palanonyo
Baranti sampai siang hari
Kalau dinanti lamo bana
Samalam maik dalam kubua
Tibo malaikaik ka mananyo
Bukannyo jawek nan tabari
Kasiah ndak sampai nan takana

Dalam loghat melayu:
Gelap sudah hari di Simabur (nana kampung)
Kuda sudah di pasang pelananya
Berhenti sampai siang hari
Kalau ditunggu lama sekali
Semalam mayat dalam kubur
Datang malaikat hendak bertanya
Jawaban tak bisa diberikan
Kaseh tidak sampai yang teringat

Sejarah Semiotika (History of Semiotics)

in , by nyakizza.blogspot.com, 11.42
Oleh Ucu, S.S
disadur dari buku  Handbook Of Semeotics Karya  Winfried Noth
  


Sejarah Semiotika (History of Semiotics)


1. Sejarah Semiotika
Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa, sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang mengandung pengertian ‘tanda’ atau dalam bahasa Inggris sign yang mengandung pengertian ‘sinyal’. Semiotika dikenal sebagai ilmu yang mempelajari sistem tanda, seperti bahasa, kode, sinyal, dan ujaran manusia. Semiotika juga mengandung pengertian ilmu yang menyinggung tentang produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Semiotika mencakup tanda-tanda visual dan verbal yang dapat diartikan, semua tanda atau sinyal yang bisa dimengerti oleh semua pancaindra kita sebagai penutur maupun petutur.
Dalam konteks semiotika, setiap tindakan komunikasi dianggap sebagai pesan yang dikirim dan diterima melalui beragam tanda berbeda. Berbagai aturan kompleks yang mengatur kombinasi pesan-pesan ini ditentukan oleh berbagai kode sosial. Berdasarkan hal tersebut, seluruh bentuk ekspresi yang mencakup seni musik, film, fashion, makanan, kesusastraan dapat dianalisis sebagai sebuah sistem tanda.

PERKEMBANGAN BAHASA DAN SASTRA PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

A N G K A T A N 59 - 66

Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah asuhan H.B. Jassin.. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan politik bangsa Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi karena adanya teror PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa Indonesia kacau dalam bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep realism-sosialis di bawah PKI bersaing dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi kesenian, kedamaian, dan pembangunan bangsa dan Pancasila.
© Alfizza Murdiyono · Designed by Sahabat Hosting